Cerpen "Ikhlaslah Seperti Kau Bernapas"

 **Ikhlaslah Seperti Kau Bernapas**


Budi adalah seorang pria biasa yang tinggal di sebuah kampung kecil yang damai. Ia selalu berusaha menjadi orang baik. Namun, seperti yang sering kali terjadi dalam kehidupan, niat baik Budi kerap kali berbuah kesulitan. 


Pagi itu, Budi berjalan keluar rumah dengan senyum lebar. Ia baru saja menyiapkan sarapan untuk para kucing liar di sekitar rumahnya. "Ah, mereka pasti lapar," gumam Budi sambil meletakkan semangkuk nasi dan ikan di pinggir jalan. 


Tak lama kemudian, Pak RT lewat dan melihat apa yang Budi lakukan. "Budi, kenapa kau beri makan kucing-kucing itu di sini? Mereka akan buang air sembarangan dan membuat kampung kita kotor!" seru Pak RT dengan nada tinggi.


Budi hanya bisa tersenyum kecut. "Maaf, Pak RT. Saya hanya ingin membantu. Saya akan bersihkan nanti."


Masalah tidak berakhir di situ. Hari berikutnya, Budi menemukan seorang ibu tua yang kesulitan menyeberang jalan. Dengan niat baik, ia segera menolong ibu tersebut. Tapi apa daya, saat menyeberang, sebuah sepeda motor melintas dengan kencang, hampir menabrak mereka. 


"Hei, lihat-lihat kalau mau nyebrang!" teriak si pengendara motor.


Budi mengangkat tangan sebagai tanda minta maaf, sementara ibu tua itu mengucapkan terima kasih dan melanjutkan jalannya. Lagi-lagi, niat baik Budi disalahpahami.


Suatu sore, Budi melihat segerombolan anak-anak bermain bola di jalanan. Tiba-tiba, bola mereka menggelinding ke tengah jalan yang ramai. Tanpa berpikir panjang, Budi berlari mengejar bola itu. Sebuah mobil mendekat dengan cepat, dan dalam sekejap, Budi melompat untuk menyelamatkan bola tersebut.


Mobil itu berhenti mendadak, dan pengemudi keluar dengan marah. "Apa kau sudah gila?! Kau hampir saja tertabrak!"


"Maaf, Pak. Saya hanya ingin mengambil bola anak-anak," jawab Budi dengan nafas terengah-engah.


Seiring berjalannya waktu, Budi mulai merasa lelah dengan semua kesalahpahaman ini. Ia duduk di bangku taman, memandangi langit sore yang kemerahan. Dalam hati, ia bertanya-tanya apakah menjadi orang baik memang seberat ini. Tapi, setiap kali ia berpikir untuk menyerah, sebuah suara dalam hatinya selalu berkata, "Ikhlaslah seperti kau bernapas."


Hari itu, sebuah keajaiban terjadi. Kampung Budi dilanda banjir besar. Air meluap dan masuk ke rumah-rumah warga. Dalam situasi genting ini, tanpa pikir panjang, Budi bergegas membantu tetangga-tetangganya. Ia menyelamatkan anak-anak, menggendong orang tua, dan membawa barang-barang berharga ke tempat yang aman.


Semua orang terkejut dengan keberanian dan ketulusan Budi. Bahkan Pak RT yang biasanya cerewet, datang menepuk bahu Budi. "Kau benar-benar orang baik, Budi. Terima kasih telah menolong kami semua."


Budi hanya tersenyum dan menjawab, "Tidak perlu terima kasih, Pak RT. Saya hanya melakukan apa yang seharusnya saya lakukan."


Dan begitulah, meski sering kali niat baiknya disalahpahami, Budi tidak pernah berhenti untuk terus berbuat baik. Ia sadar bahwa dalam setiap napasnya, ada keikhlasan yang tidak bisa digantikan oleh apapun. Ia memahami bahwa menjadi baik memang tidak selalu mudah, tetapi ikhlaslah seperti kau bernapas, dan kebaikan akan selalu menemukan jalannya.


---


Cerita ini menggambarkan bagaimana menjadi orang baik sering kali penuh tantangan dan kesalahpahaman. Namun, dengan keikhlasan dan keteguhan hati, setiap niat baik akan selalu membawa perubahan positif, baik besar maupun kecil.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Djie Sam Soe Superhero

Cerpen Minggu Pagi