Cerpen 'Tuhan Kau Dimana"
**Tuhan, Kau Dimana**
Di sebuah kampung kecil bernama Desa Harapan, hiduplah seorang anak yatim bernama Amir. Amir tinggal bersama neneknya di sebuah rumah sederhana yang hampir roboh. Kehidupan Amir jauh dari kemewahan, tetapi ia selalu penuh semangat dan optimisme. Setiap hari, Amir membantu neneknya dengan pekerjaan rumah dan tidak pernah lupa untuk berdoa sebelum tidur, berharap kehidupan mereka bisa lebih baik.
Suatu hari, desa mereka kedatangan seorang pengusaha kaya raya bernama Pak Rudi. Ia berencana membeli tanah di desa itu untuk dijadikan pabrik. Warga desa khawatir karena mereka tahu Pak Rudi terkenal tidak peduli dengan kesejahteraan masyarakat sekitar. Pak Rudi datang dengan proposal yang tampak menguntungkan di awal, tetapi warga tahu itu hanya tipu muslihat.
Malam itu, Amir berdoa dengan sepenuh hati. "Tuhan, Kau dimana? Kami membutuhkan bantuanmu. Tolong selamatkan desa kami dari Pak Rudi," ucap Amir dengan mata terpejam.
Keesokan harinya, Amir bangun dengan semangat baru. Ia bertekad untuk melakukan sesuatu. Bersama teman-temannya, ia mengadakan pertemuan rahasia di rumah Pak Kades. Mereka menyusun rencana untuk menghadapi Pak Rudi dengan cara mereka sendiri.
Hari pertemuan dengan Pak Rudi tiba. Semua warga desa berkumpul di balai desa, termasuk Amir dan neneknya. Pak Rudi mulai menjelaskan rencananya dengan suara lantang, mencoba meyakinkan warga bahwa pabriknya akan membawa kemakmuran. Tiba-tiba, dari sudut ruangan, terdengar suara nyaring Amir, "Pak Rudi, apakah Anda peduli dengan lingkungan dan kesejahteraan kami?"
Pak Rudi tersenyum sinis. "Tentu saja, Nak. Saya di sini untuk membantu kalian semua."
Amir tidak gentar. "Kalau begitu, buktikan dengan tindakan, bukan hanya kata-kata," balas Amir dengan berani.
Seluruh warga terkejut dengan keberanian Amir. Mereka mulai mendukung Amir dan menantang Pak Rudi dengan berbagai pertanyaan. Situasi semakin panas, dan Pak Rudi mulai kebingungan. Tiba-tiba, seekor kambing milik Pak Kades, yang selama ini terkenal nakal, masuk ke balai desa dan langsung menyeruduk Pak Rudi.
Semua orang tertawa terbahak-bahak, bahkan Pak Rudi terjatuh dengan posisi yang memalukan. Kambing itu, seolah tahu apa yang dilakukan, berdiri gagah di tengah balai desa, seperti seorang pahlawan yang baru saja menyelamatkan desa dari penjahat.
Di tengah tawa dan kekacauan, Pak Rudi bangkit dengan wajah merah padam. Ia merasa malu dan segera meninggalkan balai desa tanpa sepatah kata pun. Warga desa bersorak sorai. Mereka takjub dengan keajaiban yang baru saja terjadi.
Nenek Amir tersenyum bangga. "Amir, doa mu didengar Tuhan. Kau benar-benar luar biasa," katanya sambil memeluk Amir.
Amir merasa bahagia. Ia belajar bahwa doa dan keberanian bisa mengubah segalanya. Meski ia hanya anak yatim, doanya membawa keajaiban bagi desanya. Sejak saat itu, Desa Harapan kembali damai, dan warga selalu ingat bahwa dalam setiap kesulitan, selalu ada harapan jika kita percaya dan berusaha.
Kisah Amir menyebar ke desa-desa tetangga. Mereka kagum dengan keberanian dan ketulusan hati Amir. Nama Amir menjadi simbol harapan dan kekuatan doa di seluruh daerah tersebut. Desanya pun menjadi lebih harmonis, dengan warga yang saling mendukung dan percaya bahwa keajaiban bisa datang dari mana saja, bahkan dari seorang anak yatim yang sederhana.
Dan setiap malam, sebelum tidur, Amir selalu berdoa, "Tuhan, Kau memang selalu ada. Terima kasih telah menjawab doaku."
Komentar